Lokasinya hanya 45 menit lurus dari Makassar arah utara menuju Kabupaten Maros (waktu tempuh naik mobil Kijang dengan kecepatan sedang dan dengan catatan tidak kena kemacetan becak dan pete-pete ditengah kota).
Air terjun Bantimurung sudah terkenal sejak jaman dulu. Ketika saya masih TK di Makassar, datang ketempat ini masih hutan lebat, lebih bersih, serta berkabut tebal. Sekarang, lebih parah kondisinya. Paling tidak disebut parah jika melihat dari kebersihan, dan jumlah pengunjung yang membludak setiap awal bulan dan akhir pekan (saat habis gajian, hehehe). Saat kesana, saya dan rekan usai turun dari gunung mencari tarsius, dan sekedar ingin mampir untuk menyejukan badan sembari ber nostalgia saat TK dahulu piknik kemari bersama almarhum org tua saya.
Tapi ketika sampai dilokasi, buyar semua keinginan saya utk "kecipang-kecipung" dialiran sungai air terjun Bantimurung. Buset, jumlah pengunjungnya membikin kepala geleng geleng. Luarbiasa banyak! Jumlah pengunjung seperti itu dilokasi yg tidak terlalu lebar jelas akan menimbulkan masalah tersendiri. Becek lumpur ditepian sepanjang aliran sungai serta sampah plastik banyak bertaburan disana sini.
Air terjun ini memang ideal dipakai untuk mandi, karena kondisi aliran sungai didepan airterjun itu terbuat dari landasan batu karst yg keras dan licin, batu keras yg sudah tertutup lapisan mineral akibat aliran air selama ratusan tahun, serta kedalam air yg tidak lebih antara mata kaki hingga kepinggang. Karena itu, banyak tua muda ikutan nyemplung kedalam sana karena enak, tidak berbahaya tanpa alas kaki (tidak ada batu tajam) dan tidak ada endapan lumpur ditengah aliran air sungai.
Tapi apa iya aman seratus persen? Tidak juga. Sudah jamak area ini setiap akhir tahun makan korban. Seorang penjaga warung disekitar area ini yg suka menawarkan jasa guide bercerita kesaya, masih ada pengunjung tau tau hilang begitu saja ditelan air, lalu diketemukan beberapa ratus meter dari lokasi hilangnya. Jika tidak mati disungai kadang celaka didalam gua yang ada disekitar lokasi Bantimurung. Saat ini ada dua buah lubang gua yg dibuka untuk umum, satu lagi ditutup karena dianggap terlalu berbahaya dan angker. Ada cerita, dialiran sungai ini sebetulnya ada gua dibawah sungai, jika hendak masuk harus berenang dahulu dibawah air lalu masuk kedalam gua itu yang diujungnya punya ruangan kecil yang bisa dipakai utk duduk duduk.
Bagi yang merasa seram dengan cerita semacam itu lalu memtuskan tidak mau ikutan mandi, bisa cuma duduk duduk piknik sambil makan. Uniknya, piknik-makan disini bukan dibawah pohon besar, seperti yg umum kita lakukan jika piknik di Jabar atau Jateng. Di Bantimurung piknik dan makan santai dilakukan dibawah ceruk lobang mirip gua gua dibawah bebatuan raksasa. Sambil melihat mereka piknik, saya mikir, jika batu itu runtuh mendadak, waa... bisa jadi "dendeng" mereka.
Ada baiknya masuk ketempat ini jika bukan akhir pekan apabila ingin mendengar suara cicit burung serta gemuruh suara air terjun. Saya salah timing masuk diakhir pekan, jadi tidak bisa menikmati banyak hal selama disini. Paling tidak, kenangan masa kecil saya agak lunas setelah datang kemari. Kita datang kembali kesatu tempat salah satunya karena "kenangan masa lalu", bukan begitu?
Air terjun Bantimurung sudah terkenal sejak jaman dulu. Ketika saya masih TK di Makassar, datang ketempat ini masih hutan lebat, lebih bersih, serta berkabut tebal. Sekarang, lebih parah kondisinya. Paling tidak disebut parah jika melihat dari kebersihan, dan jumlah pengunjung yang membludak setiap awal bulan dan akhir pekan (saat habis gajian, hehehe). Saat kesana, saya dan rekan usai turun dari gunung mencari tarsius, dan sekedar ingin mampir untuk menyejukan badan sembari ber nostalgia saat TK dahulu piknik kemari bersama almarhum org tua saya.
Tapi ketika sampai dilokasi, buyar semua keinginan saya utk "kecipang-kecipung" dialiran sungai air terjun Bantimurung. Buset, jumlah pengunjungnya membikin kepala geleng geleng. Luarbiasa banyak! Jumlah pengunjung seperti itu dilokasi yg tidak terlalu lebar jelas akan menimbulkan masalah tersendiri. Becek lumpur ditepian sepanjang aliran sungai serta sampah plastik banyak bertaburan disana sini.
Air terjun ini memang ideal dipakai untuk mandi, karena kondisi aliran sungai didepan airterjun itu terbuat dari landasan batu karst yg keras dan licin, batu keras yg sudah tertutup lapisan mineral akibat aliran air selama ratusan tahun, serta kedalam air yg tidak lebih antara mata kaki hingga kepinggang. Karena itu, banyak tua muda ikutan nyemplung kedalam sana karena enak, tidak berbahaya tanpa alas kaki (tidak ada batu tajam) dan tidak ada endapan lumpur ditengah aliran air sungai.
Tapi apa iya aman seratus persen? Tidak juga. Sudah jamak area ini setiap akhir tahun makan korban. Seorang penjaga warung disekitar area ini yg suka menawarkan jasa guide bercerita kesaya, masih ada pengunjung tau tau hilang begitu saja ditelan air, lalu diketemukan beberapa ratus meter dari lokasi hilangnya. Jika tidak mati disungai kadang celaka didalam gua yang ada disekitar lokasi Bantimurung. Saat ini ada dua buah lubang gua yg dibuka untuk umum, satu lagi ditutup karena dianggap terlalu berbahaya dan angker. Ada cerita, dialiran sungai ini sebetulnya ada gua dibawah sungai, jika hendak masuk harus berenang dahulu dibawah air lalu masuk kedalam gua itu yang diujungnya punya ruangan kecil yang bisa dipakai utk duduk duduk.
Bagi yang merasa seram dengan cerita semacam itu lalu memtuskan tidak mau ikutan mandi, bisa cuma duduk duduk piknik sambil makan. Uniknya, piknik-makan disini bukan dibawah pohon besar, seperti yg umum kita lakukan jika piknik di Jabar atau Jateng. Di Bantimurung piknik dan makan santai dilakukan dibawah ceruk lobang mirip gua gua dibawah bebatuan raksasa. Sambil melihat mereka piknik, saya mikir, jika batu itu runtuh mendadak, waa... bisa jadi "dendeng" mereka.
Ada baiknya masuk ketempat ini jika bukan akhir pekan apabila ingin mendengar suara cicit burung serta gemuruh suara air terjun. Saya salah timing masuk diakhir pekan, jadi tidak bisa menikmati banyak hal selama disini. Paling tidak, kenangan masa kecil saya agak lunas setelah datang kemari. Kita datang kembali kesatu tempat salah satunya karena "kenangan masa lalu", bukan begitu?
0 komentar:
Posting Komentar