Potensi sumber daya air Sulawesi sangat besar yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah. Sumber air permukaan didukung oleh terdapatnya 65 aliran sungai besar (data BPS) yang panjang aliran seluruhnya 2.742 km, yang apabila dihitung seluruhnya termasuk anak sungainya berjumlah 454 buah sungai (data Dinas Pengelola Sumber Daya Air). Disamping itu terdapat 4 buah Danau yaitu danau Tempe, Sidenreng, Matano dan Towuti. Potensi sumber daya air juga dipengaruhi oleh curah hujan tahunan yang bervariasi antara 1.500-4.000 mm, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500 mm per tahun. Temperatur bulanan rata-rata 260 C, suhu minimum 190C pada bulan Pebruari dan suhu maksimum 340 C pada bulan Oktober. Kelembaban udara / relative humidity bulanan rata-rata pada musim hujan 85% pada musim kemarau 70%. Menurut Dinas Pengelola Sumber Daya Air Sulawesi Selatan potensi ketersediaan air permukaan Sulawesi Selatan sebesar ± 63 milyar m3 /tahun. Sedangkan potensi air tanah belum banyak diketahui, namun pada beberapa lokasi pada bagian selatan Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar, Kabupaten Takalar, Pangkep dan sekitar Kabupaten Barru potensi air tanah pada kedalaman akuifer 30-60 m dengan potensi produktivitas 5 – 10 liter/detik. Di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto (Gunung Lompobattang) setiap sumur bor akuifer tertekan pada batuan gunung api muda mempunyai kedalaman akuifer sekitar 30 –95 meter dengan potensi produktivitas 2 – 10 liter/detik. Potensi sumber daya air untuk pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulawesi Selatan (Peta potensi pengembangan PLTA Sulawesi Selatan Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan) dengan potensi sumber daya listrik sebesar 1.843,7 MW dengan sebaran lokasi sebagai berikut :
- PLTA Kelara - 13,2 MW
- PLTA Bili-Bili - 16,0 MW tahap pengembangan
- PLTA Maros - 17,3 MW
- PLTA Walanae - 227,4 MW
- PLTA Leong - 42,0 MW
- PLTA Jalileko - 50,0 MW
- PLTA Batu - 315,0 MW Studi kelayakan
- PLTA Paleleng - 113,0 MW
- PLTA Bakaru - 252,0 MW Telah beroperasi
- PLTA Selee - 78,0 MW
- PLTA Malea - 230,0 MW Studi kelayakan
- PLTA Pautu - 216,0 MW
- PLTA Alla - 33,0 MW
- PLTA Bajo - 10,8 MW
- PLTA Larona - 230,0 MW Telah beroperasi
Informasi ketersediaan air khusus Sulawesi Selatan sampai saat ini belum dilakukan, dan masih termasuk di dalamnya Sulawesi Barat. Dalam profil pengembangan sumber daya air Sulawesi Selatan 2005 kondisi sumber daya air di ukur dari aspek ketersediaan air yang bersumber dari 5 satuan wilayah sungai (Jeneberang, Saddang, Walanae – Ceuranae, Pompengan – Kalaena – Larona, dan Kaluku – Karama (Sulbar) sebesar ± 63 milyar m3 / tahun. Namun volume terkendali dari 6 (enam) reservoir yang ada hanya sebesar ± 2,25 milyar m3 / tahun atau hanya sebesar 3,53% dari total ketersediaan air Sulawesi Selatan dari 5 (lima) satuan wilayah sungai. Dalam rangka menjaga kondisi air permukaan yang bersumber dari sungai diselenggarakan usaha-usaha perlindungan, pengembangan dan penggunaan air secara menyeluruh dan terpadu pada satu Daerah Pengaliran Sungai (DPS). Dengan tujuan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi ditetapkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang meliputi 4 (empat) SWS di Sulawesi Selatan, yaitu :
- SWS. Pompengan – Kalaena – Larona :Terdiri atas DPS Rongkong, Bahase, Kalaena, Larona yang meliputi Kabupaten Luwu sampai perbatasan Sultra.
- SWS Saddang : Terdiri atas DPS Mapilli, Saddang, Supali Pukasi yang meliputi Kabupaten Polmas (Sulbar), Pinrang, Toraja, Pare-Pare, Barru, Pangkep dan sebagian Kabupaten Maros.
- SWS. Walanae – Ceuranae : Terdiri atas DPS Pareman – Gelirang, Walanae yang meliputi Kabupaten Enrekang, Sidrap, Wajo, Soppeng dan sebagian Kabupaten Bone.
- SWS. Jeneberang : Terdiri atas DPS Jeneberang dan DPS Selayar yang meliputi Kabupaten Maros, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, Sinjai dan sebagian Kabupaten Bone.
Penggunaan sumber daya air di Sulawesi Selatan sangat luas yang dapat dibedakan dalam segi pemakaian dikelompokkan dalam Domestik – Minicipal – Industri (DMI), irigasi, perikanan, ternak dan pemeliharaan sungai, dan dapat dirinci pula pada aspek kebutuhan yaitu ; kebutuhan irigasi, kebutuhan air baku, penggelontaran limbah kota, perikanan dan peternakan. Penggunaan air paling dominan adalah irigasi (pertanian) sebesar 90% dari jumlah air yang terpakai
0 komentar:
Posting Komentar